Jodoh memang sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sebelum
mengetahui takdir Allah atas jodoh kita, pastilah setiap pasangan harus
melewati masa-masa menentukan pilihan. Sah-sah saja seorang ikhwan memilih al ukh yang
membuatnya aman dan nyaman, begitu istilah yang ia pakai. Nyaman
dilihat, nyaman diajak bicara, nyaman dalam pandangan manusia, pendeknya
nyaman dalam segala hal. Kriteria calon pasangan hidup pun dibuat
begitu detail. “Cantik dalam pandangan umum,” begitu tulis salah
seorang ikhwan dalam proposal nikahnya.
Sungguh ada perasaan kagum yang luar biasa pada seseorang yang
memutuskan memilih pasangan hidup yang “biasa saja”, walaupun jika ia
mau, sebenarnya akan dengan mudah memiliki yang lebih dari itu. Bisa
saja al akh itu memilih wanita yang lebih cantik, lebih muda,
lebih pintar, lebih terpandang dalam latar belakang dan status sosial,
tetapi ia tidak melakukannya.
Ada juga al akh yang bersedia menerima seseorang yang jauh
“berbeda” dengan dirinya. Sangat tidak sekufu, begitu istilahnya.
Semuanya ia lakukan untuk kepentingan dakwah dan dalam rangka
mempersembahkan pengabdian terbaik pada Rabbnya.
Ada al akh berpenampilan fisik yang sangat jamil menikah dengan al ukh
yang berusia beberapa tahun di atasnya. Wanita itu berpenampilan fisik
biasa saja, berpendidikan di bawahnya dan dalam beberapa hal lain juga
di bawah sang suami.
Ada juga al akh yang berpendidikan cukup tinggi dari sebuah
perguruan tinggi ternama dengan jaminan pekerjaan yang pasti, bersedia
menikah dengan al ukh asisten rumah tangga. Pernikahan itu langgeng dan berakhir ketika Allah memanggil salah satu dari mereka untuk menghadap-Nya.
Begitulah, banyak orang saleh menjadikan pernikahannya tak semata
untuk kenyamanan pribadi saja. Mereka menikah juga untuk mendukung
program dakwah dan menyelesaikan problema dakwah. Rasulullah SAW dalam
pernikahan beliau juga lebih banyak untuk kemaslahatan dakwah.
Khadijah yang berusia lima belas tahun di atas Rasulullah dinikahi
berdasarkan petunjuk Allah. Beliau menjadi wanita pertama yang memeluk
Islam dan mendukung dakwah Nabi SAW. Saudah binti Zum’ah -janda berkulit
hitam dari Sudan- dinikahi oleh Rasulullah pada saat Saudah berusia 70
tahun, demi menjaga keimanan Saudah dari gangguan kaum musyrikin. Shafiyyah
binti Hayyi Aktab, wanita muslimah dari kabilah Yahudi Bani Nadhir yang
memiliki 10 anak dari pernikahan sebelumnya, dinikahi Rasulullah untuk
menjaga keimanan Safiyyah dari boikot orang Yahudi. Pernikahan Rasulullah dengan isteri-isteri beliau yang lain pun mengemban misi suci untuk meninggikan kalimatullah di muka bumi.
Contoh-contoh di atas terjadi belasan dan dua puluhan tahun yang
lalu. Bahkan pernikahan suri teladan kita Rasulullah SAW telah terjadi
berabad-abad silam. Untuk masa sekarang kondisinya sudah sangat berbeda.
Para murrabi atau murrabiyah yang biasanya berperan
dalam proses perjodohan umumnya cukup detail memperhatikan berbagai
faktor. Tak hanya tingkat kesekufuan, malahan suku, asal daerah, daerah
tempat bekerja, bahkan sifat, hobby, amanah, aktivitas, dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya cukup mendapat perhatian. Meski begitu,
kegagalan proses malah tidak jarang terjadi.
Dalam kehidupan dunia ini, kita adalah pemain-pemain peran yang akan
mendapatkan penilaian atas setiap peran yang kita mainkan dari Sang
Juri Yang Maha Adil. Kita harus senantiasa menanamkan dalam diri
masing-masing untuk selalu berusaha memainkan setiap peran dalam
berbagai kesempatan dengan sebaik-baiknya. Harapan kita adalah selalu
mendapat penilaian tertinggi dari Allah SWT. Salah satu peran penting
dalam kehidupan kita di alam fana ini adalah proses menjemput jodoh.
Mengutamakan Allah dalam proses menjemput jodoh, sama sekali bukan berarti tidak boleh tidak melanjutkan proses taaruf
atas calon yang ditawarkan. Jika pun ada keberatan, alangkah baiknya
kalau hal itu bukan karena hawa nafsu dan pertimbangan duniawi semata.
Kita harus mengutamakan sesuatu yang Allah pilihkan melalui istikharah.
Kita pun tak sepantasnya hanya mementingkan kenyamanan pribadi, tetapi
akan sangat mulia kalau turut memikirkan kemaslahatan dakwah.
“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta/tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang saleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR Ibnu Majah).Jodoh adalah rahasia Allah dan mutlak di tangan-Nya. Manusia memang hanya bisa berdoa dan berikhtiar untuk menjemputnya. Jika kita mengutamakan Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita, termasuk dalam proses menjemput jodoh, maka yakinlah bahwa Allah akan senantiasa bersama kita. Allah akan menganugerahi rasa cinta yang dalam pada pasangan, memberikan kemudahan dan keberkahan dalam pernikahan kita. Pun kemudahan dan keberkahan dalam hidup kita yang dipenuhi cinta, kasih sayang, dan keridhaan Sang Penguasa Jagat Raya, Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
0 komentar:
Posting Komentar